Masih
banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal secara jelas tentang Autisme.
Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya masyarakat kita yang menderita Autis
atau sejenisnya tetapi mereka masih beranggapan bahwa itu karena pengaruh dari
roh jahat atau karena penyakit mistik.
Sedangkan penyuluhan-penyuluhan tentang anak-anak berkebutuhan khusus ini belum
sampai ke masyarakat kita yang tinggal jauh di pelosok-pelosok atau di
daerah-daerah terpencil. Sehingga masih ada anak-anak autis yang dipasung,
dikurung di kandang dan lain-lain sebagainya. Untuk itu masih perlu adanya
sosialisasi tentang Autisme tersebut secara lebih luas lagi hingga ke seluruh pelosok Indonesia.
Sebenarnya Autisme
itu adalah gangguan neurologis yang memengaruhi fungsi normal otak manusia
dalam melakukan interaksi sosial dan komunikasi. Menurut Autism Society of
America, orang autis biasanya menunjukkan kesulitan berkomunikasi secara verbal
dan nonverbal, serta sulit berinteraksi dan beraktivitas sosial. Autisme muncul
sejak bayi berumur tiga tahun.
Gejala Autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe),
sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau
ringannya gangguan Autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian.
Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat
intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki
perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan
rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning
autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang
tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan
kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high
functioning autism.
Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan
sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang
diberikan pada para penyandang Autisme.
Hari
Sabtu tanggal 2 April 2011 yang lalu telah diperingati sebagai Hari Kesadaran
Autisme di seluruh dunia
Kampanye
dilakukan di seluruh penjuru dunia, dengan acara resmi di setidaknya 23 negara.
Berikut ini adalah hasil wawancara yang sangat berguna bagi kita semua untuk
mengenal lebih dalam mengenai autism tersebut (hasil wawancara Famega Syavira
Putri -Yahoo! Indonesia dengan Dr Fernando Cortizo, doktor dan peneliti dari
Monash University, Australia, yang juga menjabat sebagai CEO Autism Management
Institute di Korea dan Malaysia) : Apa yang menyebabkan Autisme? Autisme bisa
disebabkan tiga hal, yaitu faktor genetis, kromosom dan lingkungan yang
memengaruhi anak mulai dari kandungan hingga setelah lahir.
Faktor
genetis tak dapat diubah. Hingga saat ini peneliti masih melakukan percobaan
modifikasi genetis tapi belum membuahkan hasil. Sedangkan penyebab yang berasal
dari lingkungan bisa diminimalkan. Hasil penelitian kami menunjukkan, pada
tubuh anak autis ditemukan logam berat yang jumblahnya bisa 100 kali lipat dari
ambang batas normal. Tubuh manusia dirancang untuk menyaring kelebihan logam
berat dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Tetapi sistem tubuh orang autis
rupanya tak dapat mengeluarkan logam berat dan malah menyesuaikan dengan
kelebihan tersebut. Bahkan saat lahir, bayi sudah punya kandungan logam berat
yang berasal dari ibunya. Logam tersebut bisa bertambah karena paparan
bahan-bahan yang ada di alam, misalnya makanan. Ikan yang mengandung banyak
merkuri, contohnya. Selain itu, ada juga pencemaran aluminium yang berasal dari
peralatan masak, sedangkan kadar timbal dan logam berat lain bisa masuk ke
dalam tubuh karena pencemaran udara.
Kami
sering menjumpai kasus anak-anak yang mulai menunjukkan gejala autisme setelah
diimunisasi. Rupanya ada beberapa vaksin yang masih mengandung logam berat.
Vaksinasi kemudian menjadi pemicu gejala autisme pada anak karena tingkat logam
berat yang meningkat drastis, melebihi ambang batas yang bisa ditoleransi.
Dalam hal ini anak laki-laki lebih rentan terpicu autisme akibat vaksinasi
dibanding anak perempuan. Bagaimana cara pencegahannya? Apakah vaksinasi tak
perlu dilakukan? Tak perlu ekstrem menghindari vaksinasi sebab bagaimana pun,
vaksin tetap diperlukan untuk meningkatkan imunitas. Tapi sebagai pencegahan,
jangan pernah melakukan vaksinasi secara bersamaan. Pastikan anak diimunisasi
dengan vaksin yang bebas logam. Tiap habis vaksinasi, perhatikan apa ada
perubahan tingkah laku anak. Jika ada, segera kontak dokter dan hentikan
vaksinasi. Meski tak terjadi apa-apa, tunggulah tiga bulan untuk melakukan
vaksinasi berikutnya. Beban berlebihan pada sistem anak akan merusak sistem
imunnya. Benarkah jumlah penderita autisme terus meningkat?
Dalam
20 tahun terakhir, jumlah yang tercatat memang semakin meningkat. Penyebabnya
masih diteliti, karena bisa saja jumlahnya sebenarnya tidak meningkat. Angka
itu bisa tampak lebih tinggi karena kesadaran akan autisme yang semakin maju --
kita bisa mengenali gejala yang sebelumnya tidak dianggap sebagai gejala
autisme. Saat ini di Indonesia rasio anak autis adalah 1: 250, artinya ada satu
juta penderita autisme di Indonesia. Ada berapa macam jenis autisme? Spektrum
autisme sangat bervariasi, mulai ringan sampai berat. Gejalanya berbeda setiap
individu. Ada penderita yang tidak punya kemampuan mengekspresikan diri secara
verbal, sulit berkoordinasi, ketidakmampuan belajar. Ada pula yang tidak mampu
menciptakan ikatan dengan orang lain, sulit berintegrasi, tidak mempunyai
kesadaran sosial dan lain-lain. Meski demikian, beberapa anak autis punya
keistimewaan dibanding anak-anak normal.
Beberapa
dari mereka punya IQ tinggi dan memiliki keterampilan khusus. Pasien saya ada
yang pandai menembus password, ada yang bisa bicara beberapa bahasa padahal tak
pernah belajar formal. Apa saja terapi yang bisa dilakukan untuk autisme?
Terapi autisme yang baik tak hanya fokus pada penderita tapi juga lingkungan
dan orang tuanya. Memiliki anak autis berarti komitmen panjang bagi orang tua
yang harus selalu menanggung biaya hidup anaknya. Biasanya orang tua khawatir
bagaimana anak ini bisa mandiri dan hidup tanpa tergantung orang lain, serta
bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Penyebab autisme dapat dilihat dari
analisis DNA secara lengkap. Setelah pola spesifik ditemukan, bisa disusun apa
yang menjadi penyebab dan bagaimana cara meminimalkannya. Terapi harus
dilakukan secara spesifik dan berbeda antar individu. Saya juga melakukan riset
soal anti-penuaan. Saya menemukan bahwa banyak penderita autis yang menunjukkan
gejala yang muncul pada orang yang menua. Contohnya kehilangan ingatan,
alzheimer, tidak peduli dengan keberadaan orang lain.
Maka
kami melakukan riset untuk memodifikasi perawatan anti-penuaan untuk diberikan
kepada anak autis. Untuk hasil terbaik, terapi harus dilakukan dengan
modifikasi hormon, obat-obatan, menjaga asupan makanan dan bimbingan terapis.
Kami juga mengembangkan pemberian hormon oksitosin, yang biasa dikeluarkan
secara alamiah oleh manusia saat sedang bercinta, kepada orang autis. Pemberian
hormon ini ternyata efektif untuk meningkatkan kontak mereka dengan orang-orang
terdekat. Misalnya, ada pasien yang tak mau mendekati ibunya. Setelah diberi
hormon ini mereka mulai membuka kontak dan mulai mau disentuh dan dipeluk.
Haruskah memasukkan anak autis ke sekolah khusus? Saya tidak akan menyarankan
demikian. Terlebih jika itu berarti anak autis dicampur dengan penderita
kelainan lain, misalnya down syndrome. Penderita autisme justru harus
dibiasakan bergaul dengan anak-anak yang normal.
Dapatkah autisme disembuhkan? Kami tidak memakai kata "sembuh".
Tujuan terapi autisme adalah membuat penderita mampu mandiri dan memiliki
tempat dalam kehidupan sosialnya. Mereka bisa sekolah, punya teman, belajar dan
bisa maju. Komitmen untuk terapi ini memang jangka panjang, jika tak ingin
dikatakan seumur hidup. Dengan penanganan yang tepat, tidak mustahil penderita
autisme bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik daripada orang yang katanya
"normal". Saya kenal beberapa penderita yang berhasil menjalani
kehidupan normal, punya anak dan mampu menghidupi dirinya sendiri. Jika
disebabkan gen, apakah autisme akan menurun? Tidak demikian. Jika orang autis
memiliki anak, belum tentu anaknya itu akan menderita autisme juga. Apalagi
penderita autisme malah sudah memiliki pemahaman lebih baik tentang autisme
dibanding orang awam, jadi saya rasa tidak akan berakibat buruk. Bagaimana cara
mencegah risiko autisme? Harus ada pemahaman mendalam dari orangtua untuk
mengurangi risiko anak terkena autisme. Contohnya, waspada saat melakukan
vaksinasi. Hati-hati dengan potensi logam berat di lingkungan sekitar. Jangan
paparkan anak dengan logam berat yang bisa ada di mainan, alat masak dan
makanan. Hindari makanan cepat saji, makanan berpengawet dan berpenyedap rasa.
Lingkungan tempat tinggal juga bisa menjadi penyebab. Jika memungkinkan,
hindari tinggal di daerah yang tercemar logam berat seperti dekat pabrik atau
daerah berpolusi tinggi. Ibu hamil harus hidup sehat dan mengonsumsi makanan
bergizi, termasuk makanan yang mengandung Omega-3. Meskipun autisme tak bisa
dihindari, tingkatannya bisa diminimalkan dengan cara sederhana, yakni dengan
menerapkan pola hidup sehat. Demikian penjelasan tentang Autisme yang menurut
saya akan sangat bermanfaat sekali bagi kita semua, terutama bagi pembaca yang
belum pernah mendengar adanya penyakit Autis tersebut.
Mudah-mudahan tulisan
ini dapat dibaca oleh semua lapisan masyarakat dan ikut menyampaikan kepada
saudara-saudara kita sehingga dapat secara dini mengetahui gejala Autisme yang
terjadi khususnya pada anak-anak kita sendiri. Kenalilah sekali lagi tentang
Autisme ! Saya juga berharap kepada para ahli dan praktisi di bidang Autisme
untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang
tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian
terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang
rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa
maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi
yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka (MAR)
Mengenal lebih jauh tentang Autisme
Posted by Unknown on 10.47
Nama Anda
New Johny WussUpdated: 10.47
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar yang baik pula ^_^